Pernahkah Anda berdiri di depan sangkar burung murai dan bertanya-tanya, “Jenis murai apa ini sebenarnya?” Atau mungkin Anda sedang mempertimbangkan untuk memilih murai pertama Anda namun bingung dengan berbagai istilah seperti Medan, Aceh, Nias, dan Lampung? Tenang saja, Anda tidak sendirian!
Dunia murai batu memang penuh dengan keragaman yang menakjubkan, dan memahami perbedaan setiap jenisnya adalah langkah pertama untuk menjadi kicau mania sejati. Mari kita jelajahi bersama jenis-jenis murai batu yang paling populer di Indonesia, lengkap dengan karakteristik unik yang membuat masing-masing jenis begitu istimewa!
Murai Batu Medan
Bayangkan sebuah burung dengan ekor yang begitu panjang hingga mencapai 27 sampai 35 sentimeter, melengkung indah seperti kipas yang terbuka! Itulah keanggunan Murai Batu Medan yang berasal dari Sumatera Utara, tepatnya dari daerah Bahorok dan Bukit Lawang. Anda pasti akan terpesona melihat empat pasang bulu putih tegas yang tersusun rapi di kanan dan kiri ekornya, dibelah oleh strip hitam horizontal dari pangkal ekor yang membentuk pola huruf U unik.
Yang membuat Medan begitu istimewa bukan hanya ekornya yang memukau, tetapi juga suaranya yang lantang, tajam, dan jernih dengan nada dasar yang tebal penuh tekanan. Ketika berkicau, suaranya terdengar keras dan ngebas, mudah dikenali di antara kicauan burung lainnya. Variasi lagunya sangat banyak dan beragam, mampu menirukan suara burung lain dengan cepat dan piawai mengimprovisasi kicauan yang berlangsung terus-menerus tanpa terputus!
Dari segi penampilan fisik, Medan memiliki postur tubuh yang lebih besar dan proporsional, berukuran 14 sampai 17 sentimeter lebih besar dari murai batu jenis lain. Tubuhnya ramping memanjang dengan dada bidang yang gagah, sementara bulu hitam legamnya mengkilap memantulkan efek kebiru-biruan ketika terkena sinar matahari. Kombinasi warna dada oranye tua atau merah-karat dengan tubuh hitam dan perut putih bersih menciptakan kontras visual yang sangat memukau mata!
Murai Batu Aceh
Jangan tertipu dengan ukuran tubuhnya yang lebih kecil dan mungil! Murai Batu Aceh dari daerah Tangse, Pidie, Keude Bieng, dan Sabang ini punya mental petarung yang dasyat dan daya tempur yang luar biasa. Ekornya memang lebih pendek, berkisar antara 15 sampai 29 sentimeter dengan rata-rata 16 sampai 22 sentimeter, namun fleksibilitas dan kelenturannya memberikan penampilan elegan saat dimainkan.
Apa yang membuat Aceh begitu menarik? Suaranya yang lantang dan tajam dengan nada melengking mampu menembus keramaian! Meskipun postur tubuhnya kecil dan mungil, kicauan yang dihasilkan sangatlah jernih dan sering dijadikan masteran burung lomba lainnya. Variasi suaranya panjang-panjang, ngeroll indah diselingi tembakan menyayat dengan tempo cepat dan jeda rapat, membuat burung ini sering unggul dalam kontes kicau.
Ciri khas yang membedakan Aceh dari jenis lain adalah pola ekornya dengan pembagian warna putih dan hitam yang rata membentuk garis horizontal rapi di bagian samping ekor, dengan bagian putih di pangkal ekor yang terlihat sangat jelas. Warna dadanya oranye terang yang kontras dengan tubuh hitam menciptakan kombinasi visual menarik. Yang paling mengesankan adalah kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan secara mudah dan cepat, menunjukkan mental petarung yang sangat kuat dan tangguh!
Baca Juga: 9 Burung Yang Tidak Boleh Dekat Dengan Murai Batu
Murai Batu Nias
Tahukah Anda bahwa ada murai batu dengan ekor yang seluruhnya berwarna hitam pekat tanpa warna putih sama sekali? Ya, itulah keunikan Murai Batu Nias yang berasal dari Kepulauan Nias, Mentawai, Pagai, Sibanang, dan Simeulue! Burung yang sering disebut “blacktail” atau “ekor hitam” ini memiliki ciri pembeda paling visual yang sangat mudah dikenali di antara semua jenis murai batu.
Panjang ekornya berkisar antara 17 sampai 25 sentimeter dengan warna solid hitam legam dari pangkal hingga ujung, tanpa motif atau pola putih horizontal seperti jenis lain. Tapi jangan salah, yang membuat Nias sangat diminati adalah mental tempurnya yang sangat kuat dan agresif! Ketika siap bertarung, burung ini menunjukkan gaya pertarung yang sangat dinamis dengan gerakan lincah dan cekatan, sering mengangkat ekornya menciptakan penampilan yang menakutkan bagi lawan.
Kelebihannya tidak berhenti di situ! Murai Batu Nias memiliki memori yang lebih baik dari murai batu pada umumnya, sehingga mudah mengikuti suara masteran dengan cepat dan baik. Kemampuan belajarnya yang superior membuatnya menjadi pilihan populer untuk breeding program. Suaranya sangat keras dan lantang dengan power penuh dan nyaring, variasi kicauannya banyak dan beragam dengan tempo cepat dan jeda rapat. Kombinasi mental petarung agresif, kemampuan belajar cepat, dan adaptasi lingkungan tinggi menjadikan Nias pilihan yang sangat diminati dengan harga yang relatif terjangkau antara 3,5 sampai 5 juta rupiah!
Murai Batu Lampung
Pernahkah Anda melihat murai batu yang menganguk-anggukkan kepalanya seperti orang sedang mencangkul saat bertarung? Itulah ciri khas Murai Batu Lampung dari Kepulauan Krakatau yang memiliki gaya bertarung paling unik! Ekornya memang paling pendek di antara varian Sumatera, berkisar 15 sampai 20 sentimeter, namun justru di sinilah keunggulannya terletak.
Tidak terbebani oleh ekor panjang, Lampung menjadi sangat atraktif saat bertarung dan tidak mudah lelah! Staminanya tergolong tangguh dengan gaya yang atraktif dan sering berkicau tanpa henti. Bentuk ekornya lurus dari pangkal hingga ujung dengan bulu tipis dan transparan, memungkinkan gaya main ngeply mengangkat-turunkan ekor dengan sangat menarik tanpa menimbulkan kelelahan berkepanjangan.
Ciri paling khas yang membedakan Lampung adalah warna dadanya yang kuning atau coklat tua, bukan oranye seperti Medan atau Aceh! Kombinasi warna hitam pekat di tubuh, dada kuning, dan perut putih bersih menciptakan karakteristik visual yang sangat identik. Ukuran tubuhnya bahkan lebih besar dari Medan secara keseluruhan meskipun ekornya lebih pendek, dengan bentuk badan ramping memanjang dan pandangan mata tajam menunjukkan karakter petarung.
Yang menarik, Lampung punya kebiasaan unik: di rumah dia hanya mengeluarkan suara monoton berulang-ulang, tapi ketika dibawa ke lapangan dan digantang, burung ini sangat ganas membongkar semua amunisi suara isian! Dengan harga terjangkau antara 3 sampai 6 juta rupiah, Lampung sangat cocok untuk pemula karena lebih mudah dirawat namun tetap menawarkan potensi kompetisi bagus ketika dilatih dengan benar. Stamina bertarungnya yang tangguh dan adaptasi lingkungan yang mudah menjadikannya pilihan praktis untuk Anda yang baru memulai perjalanan di dunia kicau mania!
Murai Batu Larwo
Tahukah Anda bahwa ada jenis Murai Batu yang saat berkicau akan njambul seperti Cucak Ijo? Ya, itulah Murai Batu Larwo atau Murai Batu Jawa yang sangat langka dan terancam punah! Nama Larwo sendiri berasal dari bahasa Jawa “lar-e dowo” yang berarti ekor atau bulu yang panjang, meskipun ironisnya burung ini justru memiliki ekor terpendek di antara semua jenis Murai Batu Indonesia.
Dengan panjang ekor hanya sekitar sepuluh hingga lima belas sentimeter dan panjang total tubuh dari ujung paruh hingga ekor sekitar dua puluh sentimeter, Larwo adalah yang terkecil dalam keluarga Murai Batu. Bentuk tubuhnya pendek dan buntet atau membulat, memberikan penampilan yang sangat kompak dan menggemaskan. Jangan salah, meski mungil, mental fighternya cukup bagus loh!
Keunikan paling menonjol dari Larwo adalah gaya bertarungnya yang njambul dan menaikkan ekor ke atas seperti Ciblek. Kombinasi gerakan ini menciptakan penampilan yang sangat atraktif dan berbeda dari semua jenis Murai Batu lainnya. Anda pasti akan terpesona melihat jambul kepalanya mengembang sempurna saat burung ini sedang dalam mode tempur!
Untuk suara, Larwo memang memiliki kicauan yang mirip dengan Murai Batu Borneo yaitu cenderung kering dan nyaring dengan banyak siulan. Namun jangan berkecil hati! Dengan pemasteran yang tepat dan perawatan optimal, beberapa penangkar telah membuktikan bahwa Larwo bisa memenangkan kontes hingga tiga kali. Yang paling mudah mengenali Larwo adalah pola batas hitam pada dadanya yang melebar hampir ke bagian perut, mirip seperti burung Kacer. Ciri khas inilah yang membedakannya secara signifikan dari jenis Murai Batu lainnya!
Murai Batu Thailand
Pernahkah Anda melihat burung Murai Batu dengan kilau kebiru-biruan yang memukau di bawah sinar matahari? Itulah pesona Murai Batu Thailand yang membuat para kolektor Indonesia rela merogoh kocek lebih dalam! Burung yang berasal dari perbatasan Thailand dan Malaysia ini memiliki ekor yang mencapai tiga puluh dua hingga tiga puluh lima sentimeter, bahkan tidak jarang melebihi panjang itu, mengalahkan ekor Medan yang selama ini terkenal terpanjang di Indonesia.
Warna indigo atau kebiru-biruan yang merata dari kepala sampai ujung ekor adalah ciri paling menonjol Murai Batu Thailand. Kilau warna ini bukan sekadar hitam biasa, tetapi memiliki semburat biru yang terlihat jelas terutama saat terkena matahari, menciptakan efek visual yang sangat premium dan eksklusif. Bahkan bagian dadanya pun mengikuti warna indigo, berbeda total dengan Murai Batu Indonesia yang umumnya berdada oranye, coklat, atau kuning!
Menariknya, Thailand memiliki dua tipe regional yang berbeda karakteristiknya. Thailand Selatan yang berbatasan dengan Malaysia memiliki ekor yang tebal, kaku, dan lebar dengan postur bertarung yang besar dan kokoh. Karakter suaranya dominan ngerol dan ngebass dengan volume yang sangat keras. Sementara Thailand Utara yang berbatasan dengan Laos, Kamboja, dan Myanmar memiliki ekor yang tipis dan menjuntai indah saat bermain ekor, dengan karakter suara yang cenderung nembak nyelekit.
Volume suara Thailand memang luar biasa keras dan lantang meskipun ukuran tubuhnya lebih kecil dari Medan. Sayangnya, variasi kicauannya cukup terbatas dibandingkan Medan atau Aceh. Oleh karena itu, banyak penangkar mengawinkan silang Thailand dengan Murai Batu lokal Indonesia seperti Medan, Lampung, atau Jambi. Hasilnya? Anakan dengan kombinasi ekor panjang Thailand dan variasi suara yang lebih baik, menciptakan burung yang lebih kompetitif secara menyeluruh!
Murai Batu Papua
Mari kita berkenalan dengan Murai Batu Papua yang memiliki keunikan tersendiri! Burung ini memiliki ekor yang panjang dan ramping mencapai dua puluh tujuh hingga tiga puluh lima sentimeter, memberikan kesan elegan dan anggun saat berkicau atau bertarung. Yang membuat Papua istimewa adalah ekor yang sepenuhnya hitam pekat tanpa kombinasi warna putih seperti pada kebanyakan Murai Batu lainnya. Warna ekor yang solid hitam ini memberikan tampilan yang sangat eksklusif dan berbeda!
Dalam arena lomba, Murai Batu Papua dikenal dengan gaya bertarung ngebetmen yaitu membuka sayap lebar dan ekor tegak lurus ke atas, menunjukkan dominasi dan kesiapan bertarung. Namun beberapa individu juga menunjukkan gaya ekor main dengan variasi gerakan yang menarik. Fleksibilitas gaya bertarung ini menunjukkan kemampuan adaptasi burung dalam menghadapi berbagai situasi kompetisi.
Postur tubuh Papua lebih kecil dan kompak dibandingkan subspesies lain, namun jangan remehkan ukurannya! Tubuh yang kompak ini justru memudahkan burung melakukan gerakan cepat dan lincah selama lomba. Efisiensi gerakan ini menjadi nilai tambah tersendiri dalam performa bertarung.
Volume suara Papua keras dan melengking dengan variasi nada yang kompleks. Yang membuat Papua unggul adalah kepandaiannya menirukan suara burung lain seperti kenari dan cililin, menjadikannya kompetitor tangguh dalam lomba kicau. Warna dada Papua cenderung coklat tua mirip Medan, namun kombinasinya dengan ekor hitam pekat menciptakan penampilan yang sangat khas dan mudah dikenali!
Murai Batu Bordan
Bagaimana jika Anda bisa mendapatkan keunggulan dua jenis Murai Batu sekaligus dalam satu burung? Itulah konsep di balik Murai Batu Bordan, hasil persilangan antara Murai Batu Medan dan Murai Batu Borneo! Tujuannya jelas yaitu menggabungkan kualitas suara yang baik, postur tubuh menarik, serta mental tarung yang tangguh dari kedua induknya.
Murai Batu Bordan memiliki panjang ekor sekitar dua puluh hingga dua puluh lima sentimeter, tidak terlalu panjang namun sangat proporsional. Ciri khas paling menarik adalah garis putih yang memanjang dari pangkal hingga ujung bulu ekor, memberikan tampilan elegan yang menarik perhatian saat berkicau. Pola ekor inilah yang menjadi daya tarik utama bagi para penggemar!
Dalam arena lomba, Bordan menampilkan gaya ngebetmen dengan membuka sayap lebar dan ekor tegak, serta gaya ekor main yang variatif. Kombinasi gaya ini mencerminkan fleksibilitas genetik dari persilangan kedua induknya, menghasilkan burung yang adaptif dalam berbagai situasi pertarungan.
Volume suara Bordan keras dan melengking dengan variasi nada yang kompleks. Kemampuannya menirukan suara burung lain seperti kenari dan cililin menunjukkan kecerdasan dan adaptabilitas yang tinggi. Postur tubuhnya sedang, tidak sebesar Medan namun lebih besar dari Borneo, menciptakan keseimbangan ideal antara kekuatan dan kelincahan. Warna dada oranye cerah mirip Medan dikombinasikan dengan pola ekor bergaris putih khas, menciptakan penampilan visual yang memukau dan menjadi favorit banyak kicau mania!

